FIRST MOMENT HIKING
Expedisi Mahameru 3.676 Mdpl
Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi kempat di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatera dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Gunung Semeru secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06' LS dan 112°55' BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
Salah
satu film yang menginspirasikan saya untuk melakukan pendakian perdana ini
adalah film 5cm, dimana pada film ini di perankan oleh Genta (Fedi Nuril),
Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor
Saykoji) adalah lima remaja yang telah menjalin persahabatan sepuluh tahun
lamanya. Mereka memiliki karakter yang berbeda-beda. Zafran yang puitis,
sedikit "gila", apa adanya, idealis, agak narsis, dan memiliki bakat
untuk menjadi orang terkenal. Riani yang merupakan gadis cerdas, cerewet, dan
mempunyai ambisi untuk cita-citanya. Genta, pria yang tidak senang mementingkan
dirinya sendiri sehingga memiliki jiwa pemimpin dan mampu membuat orang lain
nyaman di sekitarnya. Arial, pria termacho di antara pemain lainnya, hobi
berolah raga, paling taat aturan, namun paling canggung kenalan dengan wanita.
Ian, dia memiliki badan yang paling subur dibandingkan teman-temannya,
penggemar indomie dan bola, paling telat wisuda. Ada pula Dinda (Pevita Pearce)
yang merupakan adik dari Arial, seorang mahasiswi cantik yang sebenarnya
dicintai Zafran. Suatu hari mereka berlima merasa “jenuh” dengan persahabatan
mereka dan akhirnya kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling
berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan lamanya.
Selama tiga bulan berpisah penuh
kerinduan, banyak yang terjadi dalam kehidupan mereka berlima, sesuatu yang
mengubah diri mereka masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan.
Setelah tiga bulan berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan
pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan. Sebuah
perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi Jawa
yaitu di puncak Mahameru pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh
perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan dalam
kisah ini, bukanlah petualangan yang menantang adrenalin, demi melihat
kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini, juga
perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan hati yang
mencintai negeri ini.
Segala rintangan dapat mereka hadapi,
karena mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5cm dari depan kening.
Saat
itu saya muncul rasa ketertarikan untuk melakukan pendakian khususnya kesemeru
karna melihat langsung di dalam film keindahan alam di sekitar kawasan semeru.
Tak lama kemudian pada bulan februari saya dan teman teman yaitu Agung, Andika,
Sigit, Reynaldi, Bayu dan Senior kami bang Wandi langsung merencanakan untuk
pergi kesana yaitu ingin upacara 17 agustus di atas puncak, saya dan teman
teman segera mempersiapkan semuanya dari perlengkapan mendaki, mental dan
fisik. Berhubung tanggal 20 kami baru selesai ujian maka pendakian kami undur
pada tanggal 20 Agustus yaitu setelah ujian selesai.
Satu
hari sebelum keberangkatan saya langsung pamit dan minta doa restu kepada kedua
orang tua dan berangkat ke salah satu rumah teman yang berkediaman di cibitung
untuk melakukan packing bersama, setelah packing selesai langsung istirahat.
Telah
tiba lah hari keberangkatan langsung berangkat menuju St. Bekasi dengan menyewa
angkot sebesar Rp. 100.000 untuk 7 orang, kemudian langsung membeli tiket
kereta seharga Rp. 3.500/orang. sambil menunggu datangnya kereta KRL Commuter
Line saya dan teman teman berselfie ria
Tak
lama pun kereta dating dan kami langsung menuju St. Pasar Senen, setelah tiba
di St. Pasar Senen saya pun bertemu dengan ibu dan ibu pun membelikan sedikit
banyak bekal untuk di perjalanan selama di kereta. Dan akhirnya pun kami
berangkat menuju kota Malang.
Setelah
registrasi selesai kami naik angkot lagi untuk mencapai rest area. Sesampainya
di sana kami melakukan pengecekan registrasi kembali. Lalu kami melanjutkan
perjalanan ke basecamp Ranu Pani. Di Ranu Panu kami langsung menyerahkan bukti
pendaftaran pendakian yang kami lakukan secara online. Di sana kami packing
ulang keperluan yang hendak kami perlukan guna pendakian dan menginap karena
pendakian akan dilaksanakan esok harinya.
Selama menginap saya dan
teman-teman saya sempat berbagi ilmu dengan orang-orang yang memang sudah
pernah melakukan pendakian khususnya ke puncak mahameru di antaranya bagaimana
keadaan cuaca di atas puncak, keadaan track, kejadian apa saja yang terjadi
selama di atas, dan mitos-mitos apa saja yang telah dialami. Tak disangka di
sana saya bertemu dengan teman satu kampus, namun mereka mendaki belakangan.
Selain kegiatan yang
disebutkan tadi, saya juga menyempatkan diri untuk memasak makanan yang sudah
saya persiapkan dari rumah. Kegiatan ini tentu saja tidaklah sulit untuk saya,
mengingat saya di rumah sering memasak untuk keluarga hehe. Saya memasak mie
instan dengan sosis dan baso. Hari itu sangat melelahkan dan membuat saya
mengantuk. Melihat keadaan di basecamp yang dipenuhi orang, maka saya
memutuskan untuk pindah ke mushola.
Dengan keadaan yang
begitu sepi dan dinginnya malam saya merasa takut sehingga membuat saya sulit
untuk memejamkan mata. Namun, rasa takut itu hilang dibandingkan dengan lelah
yang saya rasakan sehingga saya pun tertidur. Tak lama saya tidur, salah
seorang teman saya menghampiri untuk mengajak pindah tidur di basecamp karena
khawatir dengan keadaan saya, mengingat saya mempunyai riwayat sakit TBC.
Oh iya, sebelumnya saya
ingin memberitahu bahwa dahulu saat saya masih di semester 2 saya divonis
dokter mempunyai penyakit TBC dan paru-paru. Berawal dari angin malam,
begadang, dan debu. Maklum namanya anak muda suka keluyuran malam untuk
menikmati indahnya malam di jakarta hehehehe. Selama penyembuhan saya harus
melakukan operasi sebanyak 2 kali. Yang pertama dada saya disuntik dengan jarum
infus sedalam-dalamnya sehingga menembus paru-paru guna menyedot udara penyebab
paru-paru menyempit. Operasi pertama yaitu operasi dengan pembedahan di bawah
ketiak selebar 1cm dan sedalam 13cm untuk dimasukan selang berdiameter ½ cm,
kira-kira sebesar sedotan untuk meminum pop ice. Kalau tidak tahu, yuk saya
beliin pop ice hehehe.
Pada pembedahan pertama,
saya sempat tidak sadar selama 1jam karena di bawah AC sehingga membuat saya
tidak tahan dengan dinginnya. 2 hari kemudian, keadaan saya tidak menunjukkan
tanda-tanda perkembangan sehingga saya menjalankan pembedahan kedua. Pembedahan
kali ini, saya sangat dirugikan karena pembedahan ini saya diperlukan yang sama
dengan pembedahan pertama. Di mana dalam pembedahan kali ini saya disuntik atau
dibius dengan suntikan yang tidak lancar sebanyak 10 kali. Ini disebabkan
karena otot saya masih keras, maklum sering latihan fisik hehe.
Setelah pemedahan kedua
selesai, 2 hari setelahnya kembali tidak menghasilkan perkembangan sehingga
dokter bedah menyuruh dilakukannya bedah ketiga yaitu pemelahan dada, namun dokter
utama yang menangani saya, tidak diperbolehkan karena akan menghasilkan resiko yang
tinggi sedangkan ada cara alternatif yang lebih efektif untuk menangani masalah
ini dan menyuruh saya pindah ke RS. Persahaatan yang berada di Rawa Mangun,
Jakarta Timur karena alat-alat di sana mempuni.
Dengan
pertimbangan yang matang, akhirnya keluarga saya setuju untuk memindahkan saya ke
RS. Persahabatan. Walaupun hari sudah larut, saya tetap dipindahkan ke sana
menggunakan ambulance. Sesampainya di sana, saya langsung dimasukkan ke dalam
ruangan di
mana
terdapat kakek-kakek.
Kakek-kakek ini
mempunyai kebiasaan yang kurang baik, yaitu suka melarikan diri dari tempatnya
dan melepaskan infus yang ada di tangannya secara paksa sehingga mengakibatkan
tangannya mengeluarkan darah. Namun, ada satu yang membuat saya iri, di mana
kakek-kakek itu dimandikan oleh suster yang bertugas merawatnya.
Loh kok jadi bahas
penyakit, maaf ya intermezzo sedikit lah hehe. Kembali lagi ke pendakian yuk.
Tak lama teman menghampiri akhirnya subuh telah tiba langsung melaksanakan
shalat berjamaah dan langsung prepare. Matahari telah terbit kami pun langsung
sarapan, setelah sarapan kami langsung berangkat mendaki
tanjakan ini memiliki mitos pada umumnya, jika kita
melewati tanpa menengok kebelakang sedikitpun kita akan berjodoh dengan orang
yang kita pikirkan selama kita melewati bukit tersebut, begitu kata orang orang
yang pasti namanya mitos kadang benar kadang tidak. Untuk melewati bukit
tersebut harus membutuhkan energy extra, setelah melewati kami istirahat sambil
menikmati keindahan padang Lavender. Tidak lama beristirahat langsung
melanjtukan ke cemoro kandang dan lanjut kembali sampai pos terakhir yaitu
Kalimati
Kami tiba di Pos
Kalimati pada pukul 20.15, di pos inilah kami mendirikan tenda dan istirahat
selama sehari untuk mengumpulkan enegri yang digunakan pada summit attack nanti.
Di kalimati ini terdapat mata air yang bernama sumbermani, untuk menuju sumber
mani ini dibutuhkan waktu 10 menit untuk mencapai sumbermani dan butuh nafas
yang kuat juga di karenakan osigen yang sangat tipis, air sumber mani ini
sungguh luar biasa nikmat layaknya air mineral yang di masukan ke dalam kulsas.
Kami menyetok banyak air untuk masak dan summit.
Setelah selesai makan
kami langsung istirahat dari jam 17.00 sampai dengan jam 24.00. Pukul 24.00
bangun dan prepare sarapan langsung berangkat summit attack. Sebelum melakukan
vegetasi kami harus melewati pos Arcopodo terlebih dahulu setelah selesai
langsung melewati track pasir di mana track ini paling sulit untuk melangkahkan
kaki agar sampai ke atas. Kurang dari setengah jam tiba tiba tiga orang dari
teman kami pun dehidrasi dimana air minum yang saya bawa tinggal sedikit, namun
teman saya memutuskan untuk tidak melanjutkkan ke atas, berhubung saya membawa
barang seperti banner, kamera dan lainya saya bertekad untuk melanjutkan sampai
puncak, dan akhirnya pun berhasil sampai puncak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar